Gereja
Protestan Maluku (GPM) memiliki sejarah
yang panjang. Sejarah itu dimulai ketika
diadakan ibadah perdana Gereja Protestan Calvinis oleh orang-orang
Belanda, dalam hal ini para pegawai VOC di kota Ambon pada tangggal 27 Perbuari
1605. Gereja ini terus berkembang baik secara kuantitas maupun kualitas selama
masa VOC. Kemudian di masa Hindia Belanda
di layani oleh Gereja Protestan di Indonesia (GPI) dan Nederlanse
Zendeling Genotscaap (NZG). Sampai dengan tahun 1930, daerah
pelayanan telah meliputi hampir seluruh Maluku, (Maluku Tengah, Maluku
Tenggara, Maluku Tenggara Barat dan Kepulauan Aru) dengan jumlah anggota = 190.000 jiwa dan secara kualitatif, Gereja ini semakin
bersifat missioner. Pada tiga dekade pertama abad XX, tenaga-tenaganya telah dikirim untuk melayani
antara lain: di Papua dan Nusa Tenggara Timur. (Timor,Kupang dan Sumba).
Memasuki
parohan pertama abad XX, terjadi dua perkembangan yang mencolok yakni di dalam lingkungan
GPM dan didalam masyarakat Indonesia. Dilingkungan yang di sebut pertama,
terjadi persiapan untuk mendirikan wilaya-wilaya pelayanan termasuk
‘’Wilaya Pendeta Ketua Ambon ‘’ sesuai penerapan sikap netral pemerintah
Hindia Belanda terhadap Gereja.
Sedangkan di lingkungan kedua
tumbuh kesadaran nasionalisme yang tinggi dan kesadaran ini telah merembes masuk
ke dalam Gereja di Maluku. Sebagai wujudnya, pada tahun 1933 di bentuk komite umum
dengan tujuan : membentuk satu Gereja di
Maluku yang mandiri di bidang konfesi, liturgi, keuangan dan kepemimpinan
Gereja (harus di tangan orang-orang Maluku). Kedua perkembangan ini kemudian
bermuara pada pembentukan Gereja Protestan Maluku pada 6
September 1935.
Sejak
berdiri sendiri, GPM diperhadapkan dengan
masa transisi yang cukup berat.
Dimulai dengan perang dunia ke II (1942- 1945) kemudian disusul dengan
pemberontakan RMS(1950) dan PERMESTA (1958) yang kesemuanya disamping
menimbulkan kehancuran material dan
merengut banyak nyawa manusia, juga telah menimbulkan trauma mendalam di
kalangan Warganya. Dilingkungan GPM sendiri,
terjadi krisis berkepanjangan
terutama di bidang kepemimpinan, organisasi dan keuangan karena masih kuatnya
pengharuh nilai-nilai lama (Peninggalan masa
kolonialisme dan agama suku). Sadar akan
tantangan dan kesulitan yang dihadapi disuatu sisi dan panggilan misi yang harus diemban pada
sisi yang lain, dikeluarkanya pesan Tobat dalam Sidang Sinode tahun 1960.
Isinya menyangkut pengakuan Seluruh
warga GPM bahwa walaupun terdapat sejumlah kesulitan dan kesalahan yang dilakukan, namun penyertaan Tuhan senantiasa
dirasakan. Sehubungan dengan itu,
seluruh warga bersedia untuk selalu dibarui oleh Roh dan Firman Allah. Bagi GPM Pesan ini merupakan wujud Pembaruan
diri, dalam arti batiniah dan sekaligus merupakan landasan bagi pembaruan
Gereja secara menyeluruh demi peningkatan tugas pelayanan dan kesaksiannya di
tengah-tengah masyarakat dan bangsa
Indonesia ke depan .
Berdasarkan isi pesan Tobat , GPM
menggariskan pembaruan di berbagai
bidang, antara lain di bidang Teologi,
dimana GPM melihat kegiatan di bidang
kemasyarakatan bukan lagi sebagai Pelengkap atau sebagai sarana
Pekabaran Injil melainkan wujud konkret dari pelaksanaan misi Gereja secara
Komprehensif. Pada bidang pendidikan
dibentuk 2 yayasan, masing-masig YPPK
DR.J.B.Sitanala yang mengelolah Sekolah-sekolah dari tingkat Taman Kanak–Kanak
hingga SMU dan Yayasan Perguruan Tinggi (YAPETRTI) GPM yang mengelolah Universitas Kristen Indonesia Maluku (UKIM)
dengan Lima Fakultas ( Teologi,
Teknik, Ekonomi, FISIP dan Ilmu Kesehatan ). Pada Bidang kesehatan dibangun
Yayasan Kesehatan dengan mengelola Rumah Sakit Sumber Hidup. Pembaruan-pembaruan yang dilakukan sebagai
implementasi Pesan Tobat telah melahirkan sosok baru GPM yang terus berkembang
secara dinamis dan tanggap terhadap perkembangan masyarakat dan dunia melalui
pelayanan yang relevan, kontekstual dan
kontributif.
Kini GPM memiliki 731 jemaat yang tergabung dalam 32 Klasis (Ternate, Bacan, Pp Sula, Pp Obi, Buru Utara, Buru
Selatan, Seram Utara, Taniwel, Seram Barat,
Karatu, Masohi, Telutih, Seram
Timur, Lease, Kota Ambon, Pulau Ambon, Pulau
Ambon Utara, P.Ambon Timur, Banda, Kei
Kecil, Kei Besar, Pp Aru, Aru Tengah,
Aru Selatan, Tanimbar Utara, Tanimbar Selatan, Babar, Babar Timur, Pp Kisar, Damer dan Lemola), dengan jumlah anggota Jemaat
sebanyak 504.128 jiwa dan dilayani oleh 1.193
orang Pendeta, 29 Penginjil, Pegawai
Organik Non pendeta pada Kantor Sinode, UKIM, Yayasan kesehatan, YPPK, Pada
Klasis dan jemaat ada 313 orang. Dalam pelaksanaan misi panggilanya, GPM
senantiasa bertumpuh pada motonya:
‘’ Aku menanam Apolos menyiram
,tetapi Allah memberi pertumbuhan (I Korintus
3:6 ).
Diterbitkan oleh Majelis Pekerja Klasis
Kairatu.
(untuk dibacakan pada saat perayaan HUT ke 78 GPM di Jemaat-Jemaat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar