CATATAN PELAYANAN

CATATAN PELAYANAN
Masohi

Sabtu, 31 Agustus 2013

AKU MENANAM, APOLOS MENYIRAM, TETAPI ALLAH YANG MEMBERI PERTUMBUHAN.


SEJARAH SINGKAT GEREJA PROTESTAN MALUKU

Gereja Protestan Maluku (GPM) memiliki sejarah  yang panjang. Sejarah itu dimulai ketika  diadakan ibadah perdana Gereja Protestan Calvinis oleh orang-orang Belanda, dalam hal ini para pegawai VOC di kota Ambon pada tangggal 27 Perbuari 1605. Gereja ini terus berkembang baik secara kuantitas maupun kualitas selama masa VOC. Kemudian di masa Hindia Belanda  di layani oleh Gereja Protestan di Indonesia (GPI) dan Nederlanse Zendeling Genotscaap (NZG). Sampai dengan tahun 1930, daerah pelayanan telah meliputi hampir seluruh Maluku, (Maluku Tengah, Maluku Tenggara, Maluku Tenggara Barat dan Kepulauan Aru) dengan jumlah anggota  = 190.000 jiwa  dan secara kualitatif, Gereja ini semakin bersifat missioner. Pada tiga dekade pertama abad XX,  tenaga-tenaganya telah dikirim untuk melayani antara lain: di Papua dan Nusa Tenggara Timur. (Timor,Kupang dan Sumba).

            Memasuki parohan pertama abad XX, terjadi dua perkembangan yang mencolok yakni di dalam lingkungan GPM dan didalam masyarakat Indonesia. Dilingkungan yang di sebut pertama, terjadi persiapan untuk mendirikan wilaya-wilaya pelayanan  termasuk  ‘’Wilaya Pendeta Ketua Ambon ‘’ sesuai penerapan sikap netral pemerintah Hindia Belanda  terhadap Gereja.
Sedangkan di lingkungan kedua tumbuh kesadaran nasionalisme yang tinggi dan kesadaran ini telah merembes masuk ke dalam Gereja di Maluku. Sebagai wujudnya, pada tahun 1933 di bentuk komite umum dengan tujuan :  membentuk satu Gereja di Maluku yang mandiri di bidang konfesi, liturgi, keuangan dan kepemimpinan Gereja (harus di tangan orang-orang Maluku). Kedua perkembangan ini kemudian bermuara pada pembentukan Gereja Protestan Maluku pada  6 September 1935.

            Sejak berdiri sendiri, GPM  diperhadapkan dengan masa transisi yang cukup berat. Dimulai dengan perang dunia ke II (1942- 1945) kemudian disusul dengan pemberontakan RMS(1950) dan PERMESTA (1958) yang kesemuanya disamping menimbulkan  kehancuran material dan merengut banyak nyawa manusia, juga telah menimbulkan trauma mendalam di kalangan Warganya. Dilingkungan GPM sendiri,  terjadi krisis  berkepanjangan terutama di bidang kepemimpinan, organisasi dan keuangan karena masih kuatnya pengharuh nilai-nilai lama                          (Peninggalan masa kolonialisme dan agama suku).  Sadar akan tantangan dan kesulitan yang dihadapi disuatu sisi  dan panggilan misi yang harus diemban pada sisi yang lain, dikeluarkanya pesan Tobat dalam Sidang Sinode tahun 1960. Isinya menyangkut pengakuan  Seluruh warga GPM bahwa walaupun terdapat sejumlah kesulitan dan kesalahan yang  dilakukan, namun penyertaan Tuhan senantiasa dirasakan.  Sehubungan dengan itu, seluruh warga bersedia untuk selalu dibarui oleh Roh dan Firman Allah.  Bagi GPM Pesan ini merupakan wujud Pembaruan diri, dalam arti batiniah dan sekaligus merupakan landasan bagi pembaruan Gereja secara menyeluruh demi peningkatan tugas pelayanan dan kesaksiannya di tengah-tengah masyarakat  dan bangsa Indonesia ke depan .

             Berdasarkan isi pesan Tobat , GPM menggariskan  pembaruan di berbagai bidang, antara lain di bidang  Teologi, dimana GPM melihat kegiatan di bidang  kemasyarakatan bukan lagi sebagai Pelengkap atau sebagai sarana Pekabaran Injil melainkan wujud konkret dari pelaksanaan misi Gereja secara Komprehensif.  Pada bidang pendidikan dibentuk 2 yayasan, masing-masig  YPPK DR.J.B.Sitanala yang mengelolah Sekolah-sekolah dari tingkat Taman Kanak–Kanak hingga SMU dan Yayasan Perguruan Tinggi (YAPETRTI) GPM yang mengelolah  Universitas Kristen Indonesia Maluku (UKIM) dengan Lima  Fakultas    ( Teologi, Teknik, Ekonomi, FISIP dan Ilmu Kesehatan ). Pada Bidang kesehatan dibangun Yayasan Kesehatan dengan mengelola Rumah Sakit Sumber Hidup.   Pembaruan-pembaruan yang dilakukan sebagai implementasi Pesan Tobat telah melahirkan sosok baru GPM yang terus berkembang secara dinamis dan tanggap terhadap perkembangan masyarakat dan dunia melalui pelayanan yang relevan,  kontekstual dan kontributif.

             Kini GPM memiliki 731 jemaat yang tergabung dalam 32 Klasis (Ternate, Bacan, Pp Sula, Pp Obi, Buru Utara, Buru Selatan,  Seram Utara, Taniwel,  Seram Barat,  Karatu,  Masohi, Telutih, Seram Timur, Lease, Kota Ambon,  Pulau Ambon, Pulau Ambon Utara,  P.Ambon Timur, Banda, Kei Kecil, Kei Besar, Pp Aru,  Aru Tengah, Aru Selatan, Tanimbar Utara, Tanimbar Selatan, Babar,  Babar Timur, Pp Kisar, Damer dan  Lemola), dengan jumlah anggota Jemaat sebanyak  504.128 jiwa dan dilayani oleh 1.193 orang Pendeta, 29 Penginjil, Pegawai Organik Non pendeta pada Kantor Sinode, UKIM, Yayasan kesehatan, YPPK, Pada Klasis dan jemaat ada 313 orang. Dalam pelaksanaan misi panggilanya, GPM senantiasa bertumpuh pada motonya: 
’ Aku menanam Apolos menyiram ,tetapi  Allah memberi pertumbuhan (I Korintus 3:6 ).

Diterbitkan oleh Majelis Pekerja Klasis Kairatu.
(untuk dibacakan pada saat perayaan HUT  ke 78 GPM di Jemaat-Jemaat)







                                                 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar