CATATAN PELAYANAN

CATATAN PELAYANAN
Masohi

Minggu, 01 September 2013

Pembinaan Remaja Gereja


REMAJA DAN  BERPACARAN SECARA BERTANGGUNG JAWAB
Pdt. Nn. M. Mailuhu, STh.


Pengantar       
            Pergaulan merupakan salah satu pokok bahasan yang luas, namun cukup menarik untuk dibicarakan, serta penting dibahas di kalangan remaja Kristen masa kini. Dikatakan luas, karena ia berkaitan dengan banyak segi kehidupan manusia, dimana ia merupakan wadah remaja mengungkapkan jati dirinya dalam interaksi bersama. Pergaulan merupakan sarana dimana manusia saling mengenal dan saling membangun diri serta membentuk kepribadian. Ini tidak harus dilihat sebagai situasi dan kondisi negatif, tetapi ini harus dapat didudukkan pada keadaannya yang sesungguhnya di bawah terang karya penyelamatan Allah. Pengkhotbah mengatakan: “Bersukarialah dalam kemudaanmu, hai pemuda, biarlah hatimu bersuka pada masa mudamu, dan turutilah keinginan hatimu dan pandangan matamu” (Pengkh. 11:9). Secara gamblang dapat dikatakan, bahwa pengkhotbah tidak mengekang ataupun menghalang-halangi muda-mudi menikmati suasana kemudaannya, namun ia melanjutkan dengan peringatan yang cukup keras: “ketahuilah bahwa karena segala hal ini Allah membawa engkau ke pengadilan”. Peringatan tersebut menolong remaja menginsafi, bahwa proses pergaulannya pun diawasi oleh Allah (Pengkh. 12:1). Oleh sebab itu lewat session yang akan dibawa pada saat ini, kiranya dapat menolong remaja agar mampu menempatkan diri pengikut Kristus yang memiliki dasar dan pedoman yang lebih jelas ketika menghadapi fenomena pergaulan dan berpacaran dalam keseharian mereka.


Tahap-tahap Pergaulan  

            Berdasarkan pernyataan yang diberikan pengkhotbah, kita dapat mengatakan bahwa pergaulan merupakan wadah membina diri yang berpotensi serta membuka wawasan remaja mengenai situasi dan masyarakat dimana ia tumbuh dan berkembang. Akan tetapi pergaulan itu akan menjadi tidak baik, bila remaja salah memanfaatkannya. Menurut Rasul Yohanes, muda-mudi harus memulai suatu proses pergaulan dengan ‘mengenal Allah’ (I Yoh. 2:12, 14a). Pengenalan akan Allah menjadi dasar kokoh bagi pengembangan kepribadian manusia muda (Mzm. 127:1-5; Mat.7:24-27). Akan tetapi pengenalan akan Allah pun bertumbuh dari rasa cinta terhadap Firman dan titah Allah (Mzm. 119:9-16). Jadi manusia muda harus mengawali proses pergaulannya dengan kesadaran penuh, bahwa Allah telah mengampuni menyelamatkan seluruh keberadaannya (I Yoh. 2:12); oleh karena itu, kehadirannya di tengah-tengah hubungan antar sesama  harus pula mencerminkan anugerah itu kepada dunia.
            Selanjutnya kita tidak dapat menutup kemungkinan, bahwa dalam jalur pergaulan pun seseorang mulai belajar memberikan dirinya kepada orang lain dan menerima sesamanya di dalam kehidupannya. Dalam pergaulan seseorang ingin dimiliki dan ingin pula memiliki teman; orang ingin mencintai dan ingin pula dicintai. Alkitab meletakkan dasar utama dengan mengatakan: “Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain” (Yoh. 15:17). Karena itu, remaja Kristen perlu mengembangkan suatu proses pergaulan yang sesuai dengan prinsip-prinsip Kristen dan menolong remaja bergaul dengan baik. Dalam proses pergaulan ini dapat dilihat dalam beberapa tahap:
  1. Persahabatan biasa
Dalam tahap ini pergaulan terjadi dengan teman-teman dari lain jenis bersama dengan teman-teman yang sejenis. Pada tahap ini tidak pikiran tentang pernikahan atau hubungan seksual yang intim dengan teman-teman itu. Pergaulan ini dapat terjadi di sekolah, di gereja, di rumah teman-teman dan di tempat-tempat yang lain Tahap ini penting sekali karena di dalamnya kita mengenal orang dari lain jenis tanpa ada maksud-maksud yang lain. Dalam tahap ini kita dapat bertukar pikiran, bekerja sama dan mengalami saat-saat biasa dan istimewa dengan orang-orang dari lain jenis tanpa hubungan asmara.
  1. Persahabatan yang luar biasa.
Hubungan ini berdasarkan keinginan untuk lebih mengenal seseorang atau beberapa orang dari lain jenis, karena kita merasa tertarik kepada mereka. Kita berusaha untuk mengenal mereka dengan lebih baik dan bercakap-cakap bersama di gereja, di sekolah dan pada waktu santai. Pada tahap ini pertemuan-pertemuan tidak selalu terjadi secara kebetulan saja, tetapi berdasarkan usaha dan rencana untuk bertemu. Selalu ada kebebasan untuk tidak bertemu lagi. Pertemuan-pertemuan semacam ini juga tidak usah terbatas pada satu orang lain saja. Seorang laki-laki bisa berusaha untuk lebih mengenal beberapa orang wanita. Begitu juga seorang wanita bisa berusaha untuk lebih mengenal beberapa orang laki-laki. Hubungan-hubungan pada tahap ini masih dicurigai oleh banyak orang. Namun tahap ini sangat perlu diperkembangkan  karena kesempatan untuk mengenal baik lebih banyak orang dari lain jenis. Dengan demikian mereka dapat memilih bakal jodoh mereka dengan lebih matang. Perkembangan tahap ini dapat juga mencegah kecenderungan untuk terlalu lekas membentuk hubungan yang terlalu intin dengan seorang dari lain jenis. Tidak jarang terjadi bahwa dua orang yang masih hijau jatuh cinta. Dengan cepat mereka saling mengikat diri. Mereka bergaul bersama setiap hari. Dengan cepat mereka menjadi mesra sekali. Hubungan ini menghilangkan kesempatan mereka untuk mengenal orang-orang lain dari lain jenis dengan lebih baik. Hubungan ini juga dapat menimbulkan godaan untuk melakukan hubungan seksual yang belum patut.
  1. Pacaran dan Pertunangan
Tahap ini berdasarkan suatu persetujuan bersama bahwa mereka akan mengadakan hubungan khusus dan akan menghentikan semua hubungan khusus yang lain dengan orang-orang dari lain jenis. Mereka masih ingin saling mengenal dengan lebih baik tetapi sekarang ada unsur yang baru. Tiap orang juga ingin menyelidiki kemungkinan bahwa pacarnya tepat menjadi jodoh. Mereka masih bebas untuk memutuskan hubungan mereka, tetapi sekarang perputusan itu perlu disertai pembicaraan bersama dan keterangan bersama yang lebih dalam daripada yang diperlukan pada tahap-tahap sebelumnya. Karena tujuan pokok untuk tahap ini adalah lebih mengenal pacar, mereka perlu banyak berbicara bersama dan banyak menjalankan pengalaman-pengalaman bersama. Tahap ini memakan waktu yang cukup lama, sehingga mereka dapat mengetahui apakah mereka benar-benar tepat untuk meneruskan hubungan mereka pada tahap yang lebih dalam.
  1. Pernikahan
Tahap ini merupakan proses akhir dalam pergaulan, dalam arti kepastian hubungan dua orang yang berbeda jenis menjadi nyata. Dalam tahap ini ada dua unsur baru. Pertama, hubungan antara dua orang itu sekarang tidak boleh diceraikan. Mereka dipersatukan sampai dipisahkan oleh kematian. Kedua, mereka mulai hidup bersama dan sah untuk melakukan hubungan seksual.  

 Berpacaran secara Bertanggung Jawab

            Sebagaimana penjelasan diatas, berpacaran adalah tingkat perkembangan dari hubungan persahabatan dan pergaulan biasa, yang nantinya menuju jenjang pernikahan. Oleh sebab itu berpacaran harus  didasarkan atas pemahaman yang benar tentang kehendak Allah dalam kehidupan antar manusia. Berpacaran mempunyai tujuan untuk mengadakan suatu tahap pendekatan emosional, pikiran, gaya hidup dan lain sebagainya antara dua orang muda yang berlainan jenis, dalam suasana keterbukaan menuju kematangan mentalitas dan spiritualitas menjelang masa pernikahan. Selama masa berpacaran ini sepasang muda-mudi secara intensif berupaya mengenal dirinya, hal-hal yang tidak disukai bersama, kecocokan mereka, baik yang sama maupun yang berbeda. Kita harus melihat masa ini sebagai masa persiapan serta menyesuaikan diri dan pengendalian diri terutama dalam hubungannya dengan seksualitas. Dasar berpacaran itu pun harus dipahami seperti kesaksian pemulis Kejadian: “Lalu Allah melihat semuanya itu baik” (Kej. 1:31). “Kebaikan” itu yang perlu dikembangkan dan dipelihara oleh kedua manusia berpacaran sampai masa pernikahan. “Kesempurnaan” yang diberikan-Nya perlu dipertahankan dan dijaga samapi masa perkawinan itu tiba; sebab Tuhan pun mengatakan: “Jangan berzinah” (Kel. 20:14; Ul. 5:18; cf. Kel 20:17; Ul 5:21). Dengan mengingat perintah Tuhan dan hukumanNya (Im. 18:29) tiap manusia muda harus dapat mengatasi pergaulan bebas (dalam hubungan seksual) dengan sesama berlainan jenis.
            Oleh sebab itu dalam melalui masa pacaran, ada tiga hal yang akan dikemukakan dalam menciptakan pacaran yang bertanggung jawab, yang saat ini semakin popular dikalangan anak-anak muda, yaitu: Love (cinta), Sex (perkelaminan) dan Dating (berpacaran). Yang sering disingkat dengan istilah: LSD.
v  LOVE
Love diartikan dengan: cinta, atau kasih. Kosakata bahasa Yunani (bahasa asli PB) punya empat kata yang berbeda bunyi maupun maknanya, tetapi semuanya diterjemahkan sebagai “kasih”. Keempat kata itu ialah: storge (kasih dalam keluarga, misalnya antara ibu dan anak), filia (kasih kepada kawan, atau dalam satu lingkungan homogen, misalnya tetangga), eros (kasih karena ketertarikan, keinginan, atau karena faktor seksual.Satu lagi adalah agape.  Agape adalah kasih yang khas Kristen, yang kita tidak dapat jumpai di dalam lingkungan agama lain. Agape adalah kasih yang dimulai (diprakarsai) oleh Yesus Kristus, yang karena kasih-Nya itu rela memberikan diri-Nya untuk dikorbankan. IA rela menderita dan mati disalibkan sebagai tanda cinta-Nya kepada para pengikut-Nya. KArena itu, dari para pengikut-Nyapun diminta untuk mengasihi balik Yesus Kristus dengan segenap hati, jiwa, dan akal budi (Mat. 22:37). Itulah prime concern orang Kristen dalam memberlakukan kasih. Mengasihi Tuhan, yang kita kenal dalam Kristus, mendahului dan mengatasi kasih kepada yang lain-lain. Disinilah storge, filia dan eros berada. Kita baru bisa mencintai orang lain, kalau kita sudah mengasihi Tuhan Yesus. Walaupun mau mengasihi secara storge, filia, ataupun eros, maka hendaknya cinta itu diberlakukan secara agape.
Cinta eksklusif antara seorang laki-laki dan seorang perempuan itu tentunya termasuk di dalam eros. Awalnya adalah ketertarikan fisik atau kepribadian dari orang yang akan dicintainya itu. Eros melibatkan banyak sekali unsure perasaan dan emosi manusia, sehingga tidak heran jika eros itu sifatnya labil, sebagaimana manusia adanya. Buktinya, banyak pasangan yang tadinya pacaran, lalu putus. Bahkan orang menikah pun bisa bercerai. Itu disebabkan karena eros bersifat subyektif, artinya eros itu akan ada sejauh subyeknya memperoleh keuntungan darinya. Jika tidak lagi menyenangkan, ya sudah, eros pun terbang ke obyek yang lain. Tetapi, jangan dulu antipati kepada eros, karena cinta seperti itu juga anugerah Allah. Tanpa eros, kita tidak dapat memenuhi perintah Allah untuk beranak cucu dan bertambah banyak (Kej. 1:28), dan itu berarti dunia akan stagnan. Jadi, sekali lagi, orang Kristen patut memberlakukan eros dengan bercermin pada agape. Itu berarti dua hal. Pertama, kita mencintai seseorang karena kita sudah merasakan cinta Kristus, dan mau meneruskan cinta Kristus itu baginya. Kedua, motivasi kita mencintainya adalah untuk kepentingan dirinya. Kita merencanakan, berusaha, dan melakukan segala sesuatu yang diperlukannya, untuk membahagiakannya, membangunnya, dan menyelamatkannya.

v  Sex
Secara harafiah, sex ini berarti kelamin, atau alat kelamin. Tetapi belakangan ini, pengertiannya sudah bergeser menjadi semata-mata “hubungan sex”. Jadi, disini kita akan bicarakan tentang sex dalam pengertian mutakhir ini saja. Kita akan bicarakan sex dari sudut pandang Firman Allah, sehingga kita tahu bagaimana kedudukan dan manfaatnya menurut kehendak Tuhan. Namun, patut diingat bahwa pembicaraan tentang sex (hubungan sex) itu hanya dapat kita lakukan dalam konteks lembaga perkawinan. Kita tidak boleh berbicara tentang sex yang ada di luar kehidupan suami istri. Jangan sampai kita membuka pintu terhadap pelanggaran hukum Allah, yaitu: ‘jangan berzinah’ (Kej. 20:14). Banyak orang jika dalam gereja berbicara tentang sex, mulai dengan persepsi yang salah, bahwa sex itu rendah, jelek, tabu atau sebaliknya: terlalu suci, sehingga sebaiknya jangan dibicarakan. Padahal dalam kenyataannya, Allah menciptakan manusia secara utuh dan sempurna, termasuk keinginan berahi di dalamnya. Kejadian 1:26-28 menyaksikan bahwa Allah menciptakan manusia sepasang. Perintah Allah adalah agar manusia mengadakan pro-kreasi, beranak cucu. Caranya adalah dengan jalan bersetubuh (Kej. 2:24). Karena itu, Allah menyediakan pula perangkat persetubuhan itu secara lengkap dan tepat: Hormon, alat kelamin, berahi, fungsi pembuahan dan sebagainya. Jadi jelaslah bahwa sex sendiri itu adalah anugerah kasih Allah bagi manusia. Ia bukan ciptaan iblis, walaupun bisa saja kita menyerahkan kepada, atau mengikutsertakan iblis didalamnya. KArena itu, pandangan terhadap sex haruslah benar, sesuai dengan maksud Allah ketika menciptakan manusia. Bagaimana dengan perilaku beberapa anak muda yang memanipulasi organ sex-nya mendahului perkawinan? Misalnya, masturbasi (main sendiri), petting (saling meraba, saling memegang kelamin, saling masturbasi tanpa sampai berhubungan) dan sebagainya. Banyak ahli kesehatan dan psikologi yang membenarkan, sambil mengatakan itu sehat dan perlu. Tetapi firman Tuhan katakan: tidak! Itu termasuk dosa perzinahan. Yang mereka lakukan adalah bagian dari proses persetubuhan itu sendiri. Jadi, hal demikianpun hanya boleh dilakukan dalam perkawinan.  

v . Dating
Yang kita bicarakan disini adalah ‘dating’ dalam arti berpacaran, walaupun terjemahan aslinya adalah kencan. Berpacaran adalah suatu periode dalam hidup sepasang laki-laki dan perempuan untuk mempersiapkan diri memasuki jenjang perkawinan mereka. Beberapa pasangan membuat masa berpacaran ini menjadi lembaga setengah resmi yang disebut: pertunangan. Di dalam pertunangan, kedua keluarga sudah terlibat dalam memberikan persetujuan dan restunya.
Proses berpacaran umumnya dimulai dengan hadirnya si eros di dalam diri laki-laki atau perempuan. Pandangan pertama yang menyentuh dan memancarkan keindahan serta keteduhan di hati, membuat laki-laki atau si perempuan mengadakan pe-de-ka-te (maksudnya: pendekatan) dengan berbagai macam cara. Ada kisah yang indah tentang bagaimana Ishak mengadakan pendekatan kepada Ribka di dalam Kejadian 24. Kita mengenal juga usaha yang Yakub lakukan, sedikit memaksa, untuk memperoleh Rahel, perempuan yang ia taksir (Kej.29). Yang paling penting pada periode awal ini adalah: secara intensif bertanya kepada Tuhan tentang apakah orang ini yang IA berikan pada saya untuk membina kasih saying. Wajarlah jika di dalam pacaran terjadi rayuan, pujian dan sanjungan (asal tulus lho..) kepada sang kekasih. Sementara itu terjadilah proses perkenalan di antara keduanya. Pastilah akan ditemukan banyak kesamaan: hobby, warna, minat, lagu kesayangan dan lain-lain. Tetapi bukalah juga kemungkinan adanya perbedaan-perbedaan. Di dunia ini tidak akan dijumpai dua orang yang sama dan bisa seratus persen klop.
Kepribadian adalah anugerah Tuhan yang sifatnya unik dalam diri manusia. Jadi, kalau ada yang berbeda dalam dua orang yang berpacaran, biarkan saja, tidak usah dipaksakan untuk sama. Kalau perbedaan itu menciptakan konflik terus-terusan, ya sudah, bubar saja. Pasangan pacaran yang ideal adalah mereka yang berjalan bersama sambil menyadari perbedaan-perbedaan diantara mereka. Bolehkah orang berpacaran itu putus? Boleh saja, secara kelembagaan tidak ada ikatan dalam diri pasangan yang sedang berpacaran. Demi kesinambungan dan dinamika kehidupan, malahan disarankan agar proses pacaran itu dihentikan jika ada indikasi tidak sehat yang menghambat jalan menuju pernikahan. Memang pasti ada yang sedih, patah hati dan mungkin jadi dendam. Yang namanya kesetiaan jadi tidak lulus uji. Itupun tidak sesuai dengan firman Tuhan. Sebab itu harus dijaga agar jangan sampai kehilangan damai sejahtera, walaupun kehilangan pacar. Jadi, sekali lagi esensi berpacaran adalah perkenalan dan persiapan perkawinan. Berpacaran itu lebih dari tman biasa karena sudah saling membuka diri dan bersifat posesif. Tetapi berpacaran itu belum kawin, jadi orang yang berpacaran tidak boleh melakukan tindakan apapun yang sepatutnya hanya ada dalam lembaga perkawinan itu. Di dalam berpacaran akan diuji banyak hal, dan yang paling penting adalah: kasih, kesetiaan dan kesabaran. Sebab itu kunci utama yang harus dipegang adalah: mengundang keterlibatan Tuhan Yesus di dalam proses berpacaran (kolose 3:17).

Ingatlah beberapa hal yang harus dihindari dalam pergaulan dan berpacaran:
·         Hindari berduaan saja ke tempat sepi/rawan/gelap/romantis
·         Hindari film porno dan bacaan yang dapat membangkitkan nafsu
·         Minum minuman keras dan obat-obat terlarang
·         Bercium-ciuman sampai membangkitkan nafsu
·         Memakai pakaian yang seronok/seksi
·         Dan lain-lain (silahkan tambahkan sendiri…….)

 

Jemaat GPM Marbali.
Pekan Remaja, 27-29 Oktober 2003

Tidak ada komentar:

Posting Komentar