REMAJA DAN BERPACARAN SECARA BERTANGGUNG JAWAB
Pdt. Nn. M. Mailuhu, STh.
Pengantar
Pergaulan
merupakan salah satu pokok bahasan yang luas, namun cukup menarik untuk
dibicarakan, serta penting dibahas di kalangan remaja Kristen masa kini. Dikatakan
luas, karena ia berkaitan dengan banyak segi kehidupan manusia, dimana ia
merupakan wadah remaja mengungkapkan jati dirinya dalam interaksi bersama.
Pergaulan merupakan sarana dimana manusia saling mengenal dan saling membangun
diri serta membentuk kepribadian. Ini tidak harus dilihat sebagai situasi dan
kondisi negatif, tetapi ini harus dapat didudukkan pada keadaannya yang
sesungguhnya di bawah terang karya penyelamatan Allah. Pengkhotbah mengatakan:
“Bersukarialah dalam kemudaanmu, hai pemuda, biarlah hatimu bersuka pada masa
mudamu, dan turutilah keinginan hatimu dan pandangan matamu” (Pengkh. 11:9).
Secara gamblang dapat dikatakan, bahwa pengkhotbah tidak mengekang ataupun
menghalang-halangi muda-mudi menikmati suasana kemudaannya, namun ia
melanjutkan dengan peringatan yang cukup keras: “ketahuilah bahwa karena segala
hal ini Allah membawa engkau ke pengadilan”. Peringatan tersebut menolong
remaja menginsafi, bahwa proses pergaulannya pun diawasi oleh Allah (Pengkh.
12:1). Oleh sebab itu lewat session yang akan dibawa pada saat ini, kiranya
dapat menolong remaja agar mampu menempatkan diri pengikut Kristus yang
memiliki dasar dan pedoman yang lebih jelas ketika menghadapi fenomena
pergaulan dan berpacaran dalam keseharian mereka.
Tahap-tahap
Pergaulan
Berdasarkan
pernyataan yang diberikan pengkhotbah, kita dapat mengatakan bahwa pergaulan
merupakan wadah membina diri yang berpotensi serta membuka wawasan remaja
mengenai situasi dan masyarakat dimana ia tumbuh dan berkembang. Akan tetapi
pergaulan itu akan menjadi tidak baik, bila remaja salah memanfaatkannya.
Menurut Rasul Yohanes, muda-mudi harus memulai suatu proses pergaulan dengan
‘mengenal Allah’ (I Yoh. 2:12,
14a). Pengenalan akan Allah menjadi dasar kokoh bagi pengembangan kepribadian
manusia muda (Mzm. 127:1-5; Mat.7:24-27). Akan tetapi pengenalan akan Allah pun
bertumbuh dari rasa cinta terhadap Firman dan titah Allah (Mzm. 119:9-16). Jadi
manusia muda harus mengawali proses pergaulannya dengan kesadaran penuh, bahwa
Allah telah mengampuni menyelamatkan seluruh keberadaannya (I Yoh. 2:12); oleh karena itu, kehadirannya
di tengah-tengah hubungan antar sesama
harus pula mencerminkan anugerah itu kepada dunia.
Selanjutnya
kita tidak dapat menutup kemungkinan, bahwa dalam jalur pergaulan pun seseorang
mulai belajar memberikan dirinya kepada orang lain dan menerima sesamanya di
dalam kehidupannya. Dalam pergaulan seseorang ingin dimiliki dan ingin pula
memiliki teman; orang ingin mencintai dan ingin pula dicintai. Alkitab
meletakkan dasar utama dengan mengatakan: “Inilah perintah-Ku kepadamu:
Kasihilah seorang akan yang lain” (Yoh. 15:17).
Karena itu, remaja Kristen perlu mengembangkan suatu proses pergaulan yang
sesuai dengan prinsip-prinsip Kristen dan menolong remaja bergaul dengan baik.
Dalam proses pergaulan ini dapat dilihat dalam beberapa tahap:
- Persahabatan biasa
Dalam tahap ini
pergaulan terjadi dengan teman-teman dari lain jenis bersama dengan teman-teman
yang sejenis. Pada tahap ini tidak pikiran tentang pernikahan atau hubungan
seksual yang intim dengan teman-teman itu. Pergaulan ini dapat terjadi di
sekolah, di gereja, di rumah teman-teman dan di tempat-tempat yang lain Tahap
ini penting sekali karena di dalamnya kita mengenal orang dari lain jenis tanpa
ada maksud-maksud yang lain. Dalam tahap ini kita dapat bertukar pikiran,
bekerja sama dan mengalami saat-saat biasa dan istimewa dengan orang-orang dari
lain jenis tanpa hubungan asmara.
- Persahabatan yang luar biasa.
Hubungan ini
berdasarkan keinginan untuk lebih mengenal seseorang atau beberapa orang dari
lain jenis, karena kita merasa tertarik kepada mereka. Kita berusaha untuk
mengenal mereka dengan lebih baik dan bercakap-cakap bersama di gereja, di
sekolah dan pada waktu santai. Pada tahap ini pertemuan-pertemuan tidak selalu
terjadi secara kebetulan saja, tetapi berdasarkan usaha dan rencana untuk
bertemu. Selalu ada kebebasan untuk tidak bertemu lagi. Pertemuan-pertemuan
semacam ini juga tidak usah terbatas pada satu orang lain saja. Seorang
laki-laki bisa berusaha untuk lebih mengenal beberapa orang wanita. Begitu juga
seorang wanita bisa berusaha untuk lebih mengenal beberapa orang laki-laki.
Hubungan-hubungan pada tahap ini masih dicurigai oleh banyak orang. Namun tahap
ini sangat perlu diperkembangkan karena
kesempatan untuk mengenal baik lebih banyak orang dari lain jenis. Dengan
demikian mereka dapat memilih bakal jodoh mereka dengan lebih matang.
Perkembangan tahap ini dapat juga mencegah kecenderungan untuk terlalu lekas
membentuk hubungan yang terlalu intin dengan seorang dari lain jenis. Tidak
jarang terjadi bahwa dua orang yang masih hijau jatuh cinta. Dengan cepat
mereka saling mengikat diri. Mereka bergaul bersama setiap hari. Dengan cepat
mereka menjadi mesra sekali. Hubungan ini menghilangkan kesempatan mereka untuk
mengenal orang-orang lain dari lain jenis dengan lebih baik. Hubungan ini juga
dapat menimbulkan godaan untuk melakukan hubungan seksual yang belum patut.
- Pacaran dan Pertunangan
Tahap ini
berdasarkan suatu persetujuan bersama bahwa mereka akan mengadakan hubungan
khusus dan akan menghentikan semua hubungan khusus yang lain dengan orang-orang
dari lain jenis. Mereka masih ingin saling mengenal dengan lebih baik tetapi
sekarang ada unsur yang baru. Tiap orang juga ingin menyelidiki kemungkinan
bahwa pacarnya tepat menjadi jodoh. Mereka masih bebas untuk memutuskan
hubungan mereka, tetapi sekarang perputusan itu perlu disertai pembicaraan
bersama dan keterangan bersama yang lebih dalam daripada yang diperlukan pada
tahap-tahap sebelumnya. Karena tujuan pokok untuk tahap ini adalah lebih
mengenal pacar, mereka perlu banyak berbicara bersama dan banyak menjalankan
pengalaman-pengalaman bersama. Tahap ini memakan waktu yang cukup lama,
sehingga mereka dapat mengetahui apakah mereka benar-benar tepat untuk
meneruskan hubungan mereka pada tahap yang lebih dalam.
- Pernikahan
Tahap ini
merupakan proses akhir dalam pergaulan, dalam arti kepastian hubungan dua orang
yang berbeda jenis menjadi nyata. Dalam tahap ini ada dua unsur baru. Pertama,
hubungan antara dua orang itu sekarang tidak boleh diceraikan. Mereka
dipersatukan sampai dipisahkan oleh kematian. Kedua, mereka mulai hidup bersama
dan sah untuk melakukan hubungan seksual.
Berpacaran secara Bertanggung Jawab
Sebagaimana penjelasan
diatas, berpacaran adalah tingkat perkembangan dari hubungan persahabatan dan
pergaulan biasa, yang nantinya menuju jenjang pernikahan. Oleh sebab itu
berpacaran harus didasarkan atas
pemahaman yang benar tentang kehendak Allah dalam kehidupan antar manusia. Berpacaran
mempunyai tujuan untuk mengadakan suatu tahap pendekatan emosional, pikiran, gaya hidup dan lain
sebagainya antara dua orang muda yang berlainan jenis, dalam suasana
keterbukaan menuju kematangan mentalitas dan spiritualitas menjelang masa
pernikahan. Selama masa berpacaran ini sepasang muda-mudi secara intensif
berupaya mengenal dirinya, hal-hal yang tidak disukai bersama, kecocokan
mereka, baik yang sama maupun yang berbeda. Kita harus melihat masa ini sebagai
masa persiapan serta menyesuaikan diri dan pengendalian diri terutama dalam
hubungannya dengan seksualitas. Dasar berpacaran itu pun harus dipahami seperti
kesaksian pemulis Kejadian: “Lalu Allah melihat semuanya itu baik” (Kej. 1:31). “Kebaikan” itu yang perlu dikembangkan
dan dipelihara oleh kedua manusia berpacaran sampai masa pernikahan.
“Kesempurnaan” yang diberikan-Nya perlu dipertahankan dan dijaga samapi masa
perkawinan itu tiba; sebab Tuhan pun mengatakan: “Jangan berzinah” (Kel. 20:14; Ul. 5:18; cf. Kel 20:17; Ul 5:21).
Dengan mengingat perintah Tuhan dan hukumanNya (Im. 18:29) tiap manusia muda harus dapat mengatasi
pergaulan bebas (dalam hubungan seksual) dengan sesama berlainan jenis.
Oleh
sebab itu dalam melalui masa pacaran, ada tiga hal yang akan dikemukakan dalam
menciptakan pacaran yang bertanggung jawab, yang saat ini semakin popular
dikalangan anak-anak muda, yaitu: Love (cinta), Sex (perkelaminan) dan Dating
(berpacaran). Yang sering disingkat dengan istilah: LSD.
v
LOVE
Love diartikan
dengan: cinta, atau kasih. Kosakata bahasa Yunani (bahasa asli PB) punya empat
kata yang berbeda bunyi maupun maknanya, tetapi semuanya diterjemahkan sebagai
“kasih”. Keempat kata itu ialah: storge (kasih dalam keluarga,
misalnya antara ibu dan anak), filia (kasih kepada kawan, atau
dalam satu lingkungan homogen, misalnya tetangga), eros (kasih karena
ketertarikan, keinginan, atau karena faktor seksual.Satu lagi adalah agape. Agape adalah kasih yang khas Kristen, yang
kita tidak dapat jumpai di dalam lingkungan agama lain. Agape adalah kasih yang
dimulai (diprakarsai) oleh Yesus Kristus, yang karena kasih-Nya itu rela
memberikan diri-Nya untuk dikorbankan. IA rela menderita dan mati disalibkan
sebagai tanda cinta-Nya kepada para pengikut-Nya. KArena itu, dari para pengikut-Nyapun
diminta untuk mengasihi balik Yesus Kristus dengan segenap hati, jiwa, dan akal
budi (Mat. 22:37). Itulah prime concern orang Kristen dalam
memberlakukan kasih. Mengasihi Tuhan, yang kita kenal dalam Kristus, mendahului
dan mengatasi kasih kepada yang lain-lain. Disinilah storge, filia dan eros
berada. Kita baru bisa mencintai orang lain, kalau kita sudah mengasihi Tuhan
Yesus. Walaupun mau mengasihi secara storge,
filia, ataupun eros, maka
hendaknya cinta itu diberlakukan secara agape.
Cinta eksklusif
antara seorang laki-laki dan seorang perempuan itu tentunya termasuk di dalam eros. Awalnya adalah ketertarikan fisik
atau kepribadian dari orang yang akan dicintainya itu. Eros melibatkan banyak
sekali unsure perasaan dan emosi manusia, sehingga tidak heran jika eros itu
sifatnya labil, sebagaimana manusia adanya. Buktinya, banyak pasangan yang
tadinya pacaran, lalu putus. Bahkan orang menikah pun bisa bercerai. Itu
disebabkan karena eros bersifat subyektif, artinya eros itu akan ada sejauh subyeknya
memperoleh keuntungan darinya. Jika tidak lagi menyenangkan, ya sudah, eros pun
terbang ke obyek yang lain. Tetapi, jangan dulu antipati kepada eros, karena
cinta seperti itu juga anugerah Allah. Tanpa eros, kita tidak dapat memenuhi
perintah Allah untuk beranak cucu dan bertambah banyak (Kej. 1:28), dan itu berarti dunia akan
stagnan. Jadi, sekali lagi, orang Kristen patut memberlakukan eros dengan
bercermin pada agape. Itu berarti dua hal. Pertama, kita mencintai seseorang
karena kita sudah merasakan cinta Kristus, dan mau meneruskan cinta Kristus itu
baginya. Kedua, motivasi kita mencintainya adalah untuk kepentingan dirinya.
Kita merencanakan, berusaha, dan melakukan segala sesuatu yang diperlukannya,
untuk membahagiakannya, membangunnya, dan menyelamatkannya.
v
Sex
Secara harafiah,
sex ini berarti kelamin, atau alat kelamin. Tetapi belakangan ini,
pengertiannya sudah bergeser menjadi semata-mata “hubungan sex”. Jadi, disini
kita akan bicarakan tentang sex dalam pengertian mutakhir ini saja. Kita akan
bicarakan sex dari sudut pandang Firman Allah, sehingga kita tahu bagaimana
kedudukan dan manfaatnya menurut kehendak Tuhan. Namun, patut diingat bahwa
pembicaraan tentang sex (hubungan sex) itu hanya dapat kita lakukan dalam
konteks lembaga perkawinan. Kita tidak boleh berbicara tentang sex yang ada di
luar kehidupan suami istri. Jangan sampai kita membuka pintu terhadap
pelanggaran hukum Allah, yaitu: ‘jangan berzinah’ (Kej. 20:14). Banyak orang jika dalam gereja
berbicara tentang sex, mulai dengan persepsi yang salah, bahwa sex itu rendah,
jelek, tabu atau sebaliknya: terlalu suci, sehingga sebaiknya jangan
dibicarakan. Padahal dalam kenyataannya, Allah menciptakan manusia secara utuh
dan sempurna, termasuk keinginan berahi di dalamnya. Kejadian 1:26-28
menyaksikan bahwa Allah menciptakan manusia sepasang. Perintah Allah adalah
agar manusia mengadakan pro-kreasi, beranak cucu. Caranya adalah dengan jalan
bersetubuh (Kej. 2:24).
Karena itu, Allah menyediakan pula perangkat persetubuhan itu secara lengkap
dan tepat: Hormon, alat kelamin, berahi, fungsi pembuahan dan sebagainya. Jadi
jelaslah bahwa sex sendiri itu adalah anugerah kasih Allah bagi manusia. Ia
bukan ciptaan iblis, walaupun bisa saja kita menyerahkan kepada, atau
mengikutsertakan iblis didalamnya. KArena itu, pandangan terhadap sex haruslah
benar, sesuai dengan maksud Allah ketika menciptakan manusia. Bagaimana dengan
perilaku beberapa anak muda yang memanipulasi organ sex-nya mendahului
perkawinan? Misalnya, masturbasi
(main sendiri), petting (saling
meraba, saling memegang kelamin, saling masturbasi tanpa sampai berhubungan)
dan sebagainya. Banyak ahli kesehatan dan psikologi yang membenarkan, sambil
mengatakan itu sehat dan perlu. Tetapi firman Tuhan katakan: tidak! Itu termasuk dosa perzinahan.
Yang mereka lakukan adalah bagian dari proses persetubuhan itu sendiri. Jadi,
hal demikianpun hanya boleh dilakukan dalam perkawinan.
v .
Dating
Yang kita
bicarakan disini adalah ‘dating’ dalam arti berpacaran, walaupun terjemahan
aslinya adalah kencan. Berpacaran adalah suatu periode dalam hidup sepasang
laki-laki dan perempuan untuk mempersiapkan diri memasuki jenjang perkawinan
mereka. Beberapa pasangan membuat masa berpacaran ini menjadi lembaga setengah
resmi yang disebut: pertunangan. Di dalam pertunangan, kedua keluarga sudah
terlibat dalam memberikan persetujuan dan restunya.
Proses
berpacaran umumnya dimulai dengan hadirnya si eros di dalam diri laki-laki atau perempuan. Pandangan pertama yang
menyentuh dan memancarkan keindahan serta keteduhan di hati, membuat laki-laki
atau si perempuan mengadakan pe-de-ka-te (maksudnya: pendekatan) dengan
berbagai macam cara. Ada
kisah yang indah tentang bagaimana Ishak mengadakan pendekatan kepada Ribka di
dalam Kejadian 24. Kita mengenal juga usaha yang Yakub lakukan, sedikit
memaksa, untuk memperoleh Rahel, perempuan yang ia taksir (Kej.29). Yang paling
penting pada periode awal ini adalah: secara intensif bertanya kepada Tuhan
tentang apakah orang ini yang IA berikan pada saya untuk membina kasih saying.
Wajarlah jika di dalam pacaran terjadi rayuan, pujian dan sanjungan (asal tulus
lho..) kepada sang kekasih. Sementara itu terjadilah proses perkenalan di
antara keduanya. Pastilah akan ditemukan banyak kesamaan: hobby, warna, minat,
lagu kesayangan dan lain-lain. Tetapi bukalah juga kemungkinan adanya
perbedaan-perbedaan. Di dunia ini tidak akan dijumpai dua orang yang sama dan
bisa seratus persen klop.
Kepribadian
adalah anugerah Tuhan yang sifatnya unik dalam diri manusia. Jadi, kalau ada
yang berbeda dalam dua orang yang berpacaran, biarkan saja, tidak usah
dipaksakan untuk sama. Kalau perbedaan itu menciptakan konflik terus-terusan,
ya sudah, bubar saja. Pasangan pacaran yang ideal adalah mereka yang berjalan
bersama sambil menyadari perbedaan-perbedaan diantara mereka. Bolehkah orang
berpacaran itu putus? Boleh saja, secara kelembagaan tidak ada ikatan dalam
diri pasangan yang sedang berpacaran. Demi kesinambungan dan dinamika
kehidupan, malahan disarankan agar proses pacaran itu dihentikan jika ada indikasi
tidak sehat yang menghambat jalan menuju pernikahan. Memang pasti ada yang
sedih, patah hati dan mungkin jadi dendam. Yang namanya kesetiaan jadi tidak
lulus uji. Itupun tidak sesuai dengan firman Tuhan. Sebab itu harus dijaga agar
jangan sampai kehilangan damai sejahtera, walaupun kehilangan pacar. Jadi,
sekali lagi esensi berpacaran adalah perkenalan dan persiapan perkawinan.
Berpacaran itu lebih dari tman biasa karena sudah saling membuka diri dan
bersifat posesif. Tetapi berpacaran itu belum kawin, jadi orang yang berpacaran
tidak boleh melakukan tindakan apapun yang sepatutnya hanya ada dalam lembaga
perkawinan itu. Di dalam berpacaran akan diuji banyak hal, dan yang paling
penting adalah: kasih, kesetiaan dan kesabaran. Sebab itu kunci utama yang harus
dipegang adalah: mengundang keterlibatan Tuhan Yesus di dalam proses berpacaran
(kolose 3:17).
Ingatlah beberapa hal yang harus
dihindari dalam pergaulan dan berpacaran:
·
Hindari
berduaan saja ke tempat sepi/rawan/gelap/romantis
·
Hindari
film porno dan bacaan yang dapat membangkitkan nafsu
·
Minum
minuman keras dan obat-obat terlarang
·
Bercium-ciuman
sampai membangkitkan nafsu
·
Memakai
pakaian yang seronok/seksi
·
Dan
lain-lain (silahkan tambahkan sendiri…….)
Jemaat GPM Marbali.
Pekan Remaja, 27-29 Oktober
2003
Tidak ada komentar:
Posting Komentar