CATATAN PELAYANAN

CATATAN PELAYANAN
Masohi

Senin, 30 September 2013

DARI GEREJA “DARURAT” KE GEREJA “DARURAT”.


(Sebuah catatan replektif  di tengah acara Ibadah penggunaan gedung gereja darurat
 jemaat GPM Rumberu, minggu 29 September 2013).

Hari sabtu tanggal 28 September 2013, tepat pukul 11.00. wit, kami melakukan perjalanan ke Jemaat GPM Rumberu dalam rangka Ibadah penggunaan gedung gereja darurat yang baru, berkenaan dengan gedung gereja yang lama (yang juga darurat),  tak bisa digunakan lagi untuk beribadah karena rusak.
Dengan menupang “ojek” kami menelusuri jalan-jalan yang rusak dan tanah yang penuh becek. Kondisi ini memaksa kami untuk pada ruas jalan yang rusak, becek  dan menanjak harus di tempuh dengan  berjalan kaki. Kami menikmatinya dengan sukacita, walaupun nafas satu-satu. (Pdt. E. Erupley bilang lidah sukaluar macam dasi).   Syukur kepada Tuhan Yesus melalui penyertaanNya kami tiba di Jemaat Rumberu sekitar pukul 12.30 Wit.
Tiba di Jemaat Rumberu, kami “dikejutkan” dengan pemandangan yang jauh dari  bayangan kami sebelumnya tentang gereja darurat. Pemandangan yang sekaligus mengobati kelelahan kami menempuh perjalanan ke Rumberu yaitu, berdirinya gedung gereja darurat yang cukup megah. Jauh dari pengertian darurat. Kalau disebut sebagai gereja darurat, maka bayangan kami bangunannya juga dibangun seadanya. Mungkin dengan kayu-kayu balok, beratap daun sagu sebagaimana gereja darurat sebelumnya. Tetapi gereja darurat ini justru berdinding papan kualitas “kelas 2”, beratapkan zink, plafon tripleks dan dibangun dengan konstruksi yang cukup baik.
Penjelasan Ketua Majelis Jemaat Rumberu Pdt. Gres Wattimena/E, S.Th,  bahwa gedung gereja darurat tersebut dikerjakan oleh Majelis Jemaat dengan seluruh warga Jemaat dibantu oleh basudara dari gereja Roma Katolik dan Advent yang berdiam di negeri Rumberu, dalam waktu 2 bulan 14 hari sejak peletakan batu penjurunya pada tanggal 15 Juli 2013. Luar biasa,….!!
Serentak dengan itu, pemandangan lainnya yang mengundang tanya adalah, disamping gedung gereja darurat tersebut terdapat fondasi dan tiang-tiang besi yang belum di cor. Ketua Majelis Jemaat GPM Rumberu menjelaskan bahwa fondasi tersebut adalah bangunan gedung gereja baru Jemaat GPM Rumberu, yang peletakan batu penjurunya sudah lebih dari 30 tahun yang lalu, oleh Pdt. A. Etwiory dan sampai saat ini belum dilanjutkan proses pembangunannya. Menyedihkan !!!

Hari minggu, tanggal 29  September 2013, tepat pukul 08.00. wit, Pdt. E. Muskita, S.Th. (Sekretaris Klasis Kairatu) melayani Ibadah Syukur di gedung gereja darurat yang lama, sekaligus melakukan akta pembongkaran gedung gereja darurat lama. (Gedung gereja darurat lama dibangun oleh Pdt. Mike Tetelepta).
Selanjutnya prosesi  Para pelayanan yang membawa alat-alat sakramen bersama umat dari Gedung Gereja darurat lama menuju Gedung Gereja darurat baru, dilanjutkan dengan acara didepan Gedung Gereja darurat baru  yang diawali dengan bunyi lonceng pertama.  Pnt. Cale Sahetapy, (Kabid Kerumahtanggan Klasis GPM Kairatu), bertindak sebagai MC memandu acara peresmian, yang diawali  dengan seberkas ucap dari Majelis Jemaat berkaitan dengan pekerjaan gedung gereja darurat yang disampaikan oleh Sekretaris Majelis Jemaat, Ibu Pnt. J.S.V. Jamlay. Kemudian dilanjutkan dengan akta pengresmian gedung gereja darurat yang ditandai dengan Pembukaan selubung papan nama gedung gereja darurat Jaled oleh Camat Inamosal; Bpk. Atus Resok. S.Sos. dan penguntingan pita  oleh Raja Negeri Rumberu Bpk Ones Niak.  Kemudian   penyerahan  kunci gedung gereja dari kepala Tukang kepada Ketua Klasis  GPM Kairatu Pdt. Jan. Z. Matatula,S.Th, dilanjutkan dengan pembukaan pintu Gereja yang diiringi bunyi lonceng kedua.  Bersamaan dengan itu arak-arakan  para pelayanan dan umat memasuki gedung gereja kemudian dilanjutkan dengan penyerahan Alkitab dari Ketua Majelis jemaat GPM Rumberu Pdt.Ny. G. Watimena/Ely.S.Th kepada ketua Klasis dan Alkitab tersebut kemudian diletakan diatas Mimbar bersamaan dengan Alat-alat sakramen di letakan diatas Meja altar yang ditandai dengan bunyi lonceng tiga, sebagai tanda penggunaan gedung gereja darurat.
Acara selanjutnya  Ibadah Penggunaan Gedung Gereja darurat yang dilayani oleh Pdt, E, Erupley.S.Si (Ketua Majelis Jemat GPM Uraur), dengan pembacaan  Alkitab dari Surat 1 Timotius 6 ; 12- 16.  Ibadah ini disemarakkan dengan  kidung pujian dari Vokal Group dan solo dari warga Jemaat GPM Rumberu serta Majelis Jemaat GPM Rambatu. Usai Ibadah, Pnt. Cale Sahetapy melanjutkan dengan acara masing-masing ; Penyerahan kunci gedung gereja dari Ketua Klasis Kairatu kepada Ketua Majelis Jemaat GPM Rumberu, Arahan Ketua Klasis GPM Kairatu, dan diakhiri dengan sambutan Bapak Camat Inamosol.

Memaknai akta penggunaan gedung gereja darurat yang baru tersebut, disampaikan beberapa catatan Reflektif ;
1.  Gedung gereja bukanlah sebuah bangunan monumental yang menandai bahwa di tempat tersebut berdiam suatu komunitas umat Kristiani, tetapi memiliki makna telogis yang penting. Makna teologis yang dimaksudkan adalah ;
a.   Gedung gereja merupakan symbol Kehadiran Allah di tengah-tengah umat. Karena itu, ketika umat melihat gedung gereja, umat akan menyadari bahwa Allah ada bersama-sama umat. Allah bergumul bersama-sama dengan umat dalam  menyelesaikan  seluruh persoalan hidup umat.
b.  Gedung gereja yang adalah symbol kehadiran Allah, mengisyaratkan pula tentang ketergantungan umat kepada Allah. Bahwa umat tidak bisa membangun hidup dan masa depannya dengan baik, tanpa keterlibatan Allah.
c.   Gedung gereja adalah juga tempat perjumpaan antara Allah dan Umat. Ini tidak dimaksudkan bahwa Allah hanya berdiam di dalam gedung gereja dan seolah-olah di luar gedung gereja tidak ada Allah, sehingga umat hanya bisa menjumpai Allah di dalam gedung gereja. Allah menghadirkan diri dialam semesta ciptaanNya, termasuk di luar gedung gereja. Jadi umatpun dapat menjumpai Allah dalam aktivitas hidupnya sesehari di luar gedung gereja. Tetapi gedung gereja merupakan tempat yang dikhususkan (dikuduskan) bagi Allah.
d. Gedung gereja adalah juga tempat perjumpaan antara sesama umat yang datang bersekutu, bersaksi dan melayani. Dimana disana tercipta suasana hidup yang penuh dengan kasih persaudaraan, perdamaian, sukacita dan pengharapan.
Dari perspektif ini, maka kehadiran sebuah gedung gereja di tengah-tengah kehidupan umat menjadi penting. Kesadaran ini akan mendorong Umat membangun gedung gereja, bukan karena terpaksa dan dipaksa, tetapi merupakan suatu kebutuhan spiritual yang menjadi bagian dari hidup umat.

2.      Gedung gereja darurat tentunya bersifat sementara. Karena itu sebagus apapun dan sekuat apapun konstruksi bangunan gedung gereja darurat yang telah didoakan penggunaannya, tidak akan melemahkan motivasi umat untuk mengerjakan bangunan gereja yang proses pengerjaannya masih pada tahapan pengerjaan fondasi. Sebaliknya pengalaman mengerjakan gedung gereja darurat dalam waktu yang singkat akan mendorong Majelis Jemaat dan semua steackholder dalam Jemaat untuk dalam waktu yang tidak terlalu lama pula menyelesaikan pembangunan gedung gereja permanen.

3. Gedung Gereja Darurat yang diberi nama “Galed” (awalnya ditulis Jaled) yang artinya timbunan batu,  mengandung makna teologis ; yakni membangun perdamaian  serta menghindari diri dari kejahatan.  Makna Galed mesti menjadi kekuatan spiritual untuk mendorong  Majelis dan Umat melanjutkan pengerjaan gedung gereja tersebut. Artinya untuk melanjutkan pembangunan gedung gereja mesti  dibangun suasana damai dalam kehidupan umat dan masyarakat Rumberu, serta menghindari diri dari berbagai bentuk perbuatan kejahatan.

Semoga di tahun depan, pada saat pelaksanaan Sidang ke 43 Klasis GPM Kairatu di Jemaat GPM Rambatu, peserta yang melewati  perjalanan melalui Jemaat GPM Rumberu akan disuguhkan dengan pemandangan gedung gereja “Galed” yang permanen sudah mulai kelihatan wajahnya, semoga….!!!

Selepas Ibadah, dilakukan pertemuan dengan Majelis Jemaat, dilanjutkan dengan makan bersama di pastori dengan menu khusus “kusu rampa RW”, disamping papeda panas dan ikan bobara kua kuning. Menu yang hebat,….!!!

Usai makan siang, mobil Ekstrada tiba di depan pastori, dan kami berkesempatan untuk menumpang ke Kairatu. Dengan sopir Mas Yady, tepat jam 13.00. wit kami kembali ke Kairatu. Sampai Jumpa Jemaat Rumberu. Soli Deo Gloria.

Oleh : Jan. Z. Matatula, S.Th.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar